
Di awal BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) berdiri di tahun 1975, pemerataan program KB dilakukan dengan melibatkan PKK untuk turun ke masyarakat. Ancaman ledakan penduduk menjadi alasan utama mengapa program KB ini digencarkan di tahun-tahun itu.
Percakapan ini terjadi di kantor pengurus PKK Kebon Jeruk di Rabu, 6 November 2019. Siang itu, saya berkesempatan untuk datang ke sana menemui Ibu Iyoh dan pengurus PKK yang lain. Kesempatan langka yang saya gunakan untuk mendengarkan banyak hal tentang kegiatan PKK dan apa-apa saja yang sudah dilakukan Ibu Iyoh sejak beliau bergabung dengan PKK di tahun 1975–sudah 34 tahun lamanya.
“Karena istrinya mau, saya bawa istrinya ke dokter yang ngurus pasang spiral (IUD). Anaknya enggak ada yang jagain, jadi saya bawa jalan-jalan ke PRJ. Jaman itu lagi ada mainan segala macam di sana. Saya ajak naik kereta-keretaan. Seneng mereka.” Bu Iyoh tertawa. Saya membayangkan Bu Iyoh yang masih muda dan baru saja menjalankan tugas sebagai kader PKK berusaha melakukan apa pun yang dia bisa agar anak-anak itu bisa terhibur ketika ibunya sedang dipasangi IUD. “Setelah selesai, saya antar mereka pulang. Besoknya, saya datangi lagi rumahnya, saya tanya; ada enggak keluhan? Dia jawab, enggak ada. Minggu depannya, saya datangi lagi, tanya lagi; ada enggak keluhan? Jawabannya, enggak ada. Jadi, saya lepas. Alhamdulillah sehat.”

Tahun ini, ajang Ibu Ibukota Awards 2019 digagas oleh istri Gubernur DKI Jakarta dan sebagai Ketua PKK tingkat Provinsi untuk memberikan apresiasi kepada perempuan-perempuan penjaga marwah Jakarta. Mereka adalah perempuan yang bekerja dalam sunyi untuk menjaga Jakarta tetap humanis dan harmonis. Saya sangat beruntung bertemu dengan salah satu finalis, Ibu Iyoh Rochaeni. Beliau sekarang menjabat sebagai bendahara di PKK Kebon Jeruk. Kiprahnya selama 39 tahun mengurus PKK di wilayah Kebon Jeruk, merangkai pengalaman yang tidak habis diceritakan ketika saya bertemu dengan beliau di siang itu.
“Saya udah ngerasain semua,” kata beliau sambil tertawa, bicara tentang struktur organisasi PKK. “Sekarang jadi bendahara. Alhamdulillah.”
PKK KEBON JERUK DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Ketika saya datang ke kantor Kecamatan Kebon Jeruk siang itu, ada plang PKK di bagian depan kantor, di dekat pagar. Plang seperti itu selalu ada di setiap kantor aparatur pemerintahan daerah. Saya tinggal di dekat kantor kelurahan, selalu melewati kantor itu setiap ingin pergi ke mana-mana, melewati plang PKK tanpa pernah benar-benar mengerti apa yang dilakukan oleh anggota PKK di kelurahan tempat saya tinggal.

“Ada kegiatan pelatihan kewirausahaan untuk masyarakat,” jelas Bu Giyanti, Wakil Ketua II Bidang Pendidikan dan Keterampilan. “Usaha masyarakat yang di bawah koperasi yang dijalankan oleh PKK, bekerja sama dengan Ok-Oce dilatih agar bisa berkembang.”
Pelatihan seperti ini adalah hal yang rutin dilakukan oleh pengurus PKK. Memang pada akhirnya, tujuan untuk mensejahterakan keluarga perlu dibantu oleh perempuan yang ada di keluarga tersebut. PKK mengakomodasi hal ini dengan melakukan pelatihan dan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan manfaat ekonomis dari sana. Misalnya, pelatihan membuat kerajinan tangan yang hasilnya bisa dijual. Usaha ini bisa menjadi tambahan pemasukan keluarga tanpa membebani ibu rumah tangga karena dilakukan di waktu senggang. Pelatihan pemanfaatan limbah plastik yang dijadikan tas juga dilakukan oleh PKK Kebon Jeruk karena hasilnya selain bisa dipakai, juga mengajarkan pada ibu-ibu rumah tangga untuk mendayagunakan sampah yang masih bisa didaur-ulang.
Perempuan sebagai sasaran kegiatan PKK bukan tanpa alasan. Bagaimana pun, perempuan menjalankan fungsi menjaga dan mengurus rumah tangga. Mereka memastikan anggota keluarga terpenuhi kebutuhannya. Memastikan bahwa perempuan di rumah tangga bisa menjalankan fungsinya dengan baik, membuat kehidupan masyarakat lebih baik juga.

Memang banyak dari kegiatan PKK mengikuti kebutuhan warganya. Misalnya, kegiatan seminar pengasuhan sejalan dengan kebutuhan warga, terutama orang tua, untuk memiliki pengetahuan pengasuhan dalam membesarkan anak mereka. Di kegiatan tersebut, orang tua bisa saling berbagi tentang bagaimana kendala dan permasalahan pengasuhan yang mereka hadapi sehari-hari dan mendiskusikan solusinya. Memang benar, mendidik anak itu tidak hanya perlu orang tua saja, tetapi perlu satu desa, begitu katanya.
Bukan hanya anak usia dini saja yang jadi perhatian di PKK Kebon Jeruk, remaja pun mendapatkan perhatian. Di sana, setiap sebulan sekali diadakan penimbangan dan pengecekan kesehatan untuk remaja bekerja sama dengan petugas kesehatan setempat dan remaja itu sendiri. Para remaja yang ingin membantu mendapatkan pelatihan sebelumnya. Kegiatan ini juga dilakukan untuk lansia. Kualitas kesehatan memegang peran penting dalam kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. PKK pun mengambil andil untuk ikut menjaganya.

“Sering ada demo masak, dong, Bu?” tanya saya sambil mencoba kue cucur yang kabarnya dikirimkan ke kantor ini oleh salah satu pengurus PKK di tingkat RW—kuenya enak sekali.
“Oh, iya. Tentu.”
Bicara PKK, mungkin itu yang pertama kali terbersit; urusan rumah dan memasak. Bagi Bu Iyoh yang sudah menjadi pengurus PKK selama hampir empat dekade, bukan hanya hal itu yang membuatnya
betah menjalankan tugas. Perasaan senang bahwa beliau bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat membuat beliau ingin tetap menjalankan tugasnya.
“Sekarang udah enggak ke lapangan lagi,” tambahnya.
Dukungan Kecamatan dengan memberikan kantor dengan segala fasilitasnya membuat PKK menjadi bagian penting dari sistem kemasyarakatan di Jakarta. Mungkin tidak terlalu terlihat tetapi hasil kerjanya ada di setiap rumah-rumah warga.
Bu Iyoh adalah satu dari penjaga Jakarta. Ibu dari ibu kota ini. Yang mengingatkan untuk menjaga kebersihan bukan dengan mengajarkan caranya dan mengecek dari rumah ke rumah dengan program Jumantiknya. Yang mengayomi usaha kecil perempuan di wilayah Kebon Jeruk dengan pelatihan dan pengembangan kemampuan kewirausahaan melalui seminar dan workshop. Yang berusaha agar ibu-ibu menjadi produktif ketika menunggu anak mereka sekolah PAUD dengan mengadakan seminar. Semua dilakukan tanpa gaduh, tanpa gembar-gembor, tanpa keinginan untuk terlihat lebih.

Ketika saya akan pulang, Bu Iyoh mengisikan oleh-oleh berupa rujak, kue cucur, dan lepet. Masih ditambah dengan cinderamata hasil kerajinan Ibu Giyanti. Saya menerimanya dengan senang sekali.
Perempuan harus menjadi penggerak dan berdaya. Memberikan dampak untuk masyarakat walaupun dikerjakan dari dalam rumah. Bu Iyoh adalah contohnya. 39 tahun menjadi penggerak PKK, selama itu pula beliau menjadi ibu di ibu kota ini.
Ibu Iyoh adalah salah satu dari dua puluh satu finalis Ibu Ibukota Awards yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi DKI Jakarta bersinergi dengan menggelar sebuah ajang apresiasi bagi perempuan penggerak yang melakukan #AksiHidupBaik di Jakarta.
Ikuti cerita #AksiHidupBaik lainnya di akun Youtube dan Instagram @ibu.ibukota.
@Ibu.Ibukota”
Semoga Ibu Iyoh menang, ya…. ^^
Saya dan Tim Penggerak PKK Kecamatan Kebon Jeruk

Recent Comments